Damai Sejahtera
Nusantara,
Materi dari artikel yang beta buat ini merupakan
materi yang dibawakan pada Parenting Skill DPD Maluku. Sebagai ajang bagi
Bunda-bunda untuk pembelajaran biar bisa tampil sebagai pemateri. Judul materi
‘Belajar Efektif dan Menyenangkan’ ini beta pilih mengingat Kita sebagai
orangtua yang berkewajiban sebagai pendidik bagi anak-anak kita, dan proses
pendidikan yang kita terapkan adalah pembelajaran SBR (Sekolah Berbasis Rumah),
sehingga haruslah memberikan sarana, prasarana dan fasilitas serta metode yang
bisa mengefektifkan kegiatan pembelajaran bagi anak. Semoga bisa sebagai
referensi bagi Katong semua.
BELAJAR
EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
Belajar
memang bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Mulai dari anak- anak
hingga orang yang sudah tua sekalipun masih harus belajar.
Banyak
faktor yang menyebabkan ketidakmampuan anak dalam menyerap pelajaran yang
diberikan pengajar diantaranya bermula dari proses pembelajaran yang tidak
menarik dan membosankan. Sebagai akibatnya anak menjadi malas dan tidak
tertarik terhadap materi yang disampaikan.
Apakah
Belajar Itu?
Belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui
serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang
merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi
anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. (id.wikipedia.org)
Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kita perlu memperluas
pemahaman tentang belajar tidak hanya pada pengetahuan yang bersifat
konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap
pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Ada
empat area yang disentuh berkenaan dengan belajar yaitu:
- Citra diri dan perkembangan kepribadian
- Latihan keterampilan hidup
- Cara berpikir atau pola pikir
- Kompetensi atau kemampuan yang bersifat akademik, fisik, dan artistik
- Rohani, yang menyangkut pengenalan seseorang terhadap Tuhan
Tony Buzan, seorang psikolog dari Inggris,
mengatakan demikian; "Pada saat seorang anak dilahirkan, ia sebetulnya
benar-benar brilian." Sebab itu, adalah salah jika orangtua beranggapan
anaknya bodoh. Bila ia dikatakan bodoh, maka kemungkinan ia akan menjadi bodoh.
Saran yang diberikan adalah agar anak mendapatkan sebanyak mungkin latihan
fisik yang menggunakan tangan dan kaki seperti merangkak, memanjat, dan
sebagainya. Orangtua perlu memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar dari
kesalahan, yaitu melalui trial and error (coba-salah). Anak-anak suka
bereksperimen, mencipta, dan mencari tahu cara bekerjanya sesuatu. Mereka juga
suka pada tantangan. Sebab itu penting bagi orangtua untuk memperluas dunia
anak mereka, tidak terbatas hanya di rumah saja.
Anak-anak
juga cenderung bertanya tentang segala hal yang tampak baru bagi mereka. Untuk
itu dibutuhkan kesabaran orangtua untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan
mereka. Karena rasa ingin tahu ini adalah hal yang sangat penting dalam proses
belajar.
Ada
orangtua yang beraksi dengan cara lain, yaitu dengan tidak menghiraukan atau
mendiamkan anak, atau hanya menjawab seadanya agar anak segera berhenti
bertanya. Sadar atau tidak, pola asuh orangtua mengajar memiliki andil dalam
membentuk anak-anak kita menjadi aktif atau pasif.
Selain itu, anak juga banyak belajar dengan cara
meniru orang dewasa. Mereka mencontoh orang dewasa dengan melihat dan
mengamati, atau dengan mendengar. Saat anak mencontoh hal negatif, maka saat
itu juga orangtua perlu memberi penjelasan tentang hal tersebut beserta
dampaknya dan berusaha mengoreksinya.
Pembelajaran
yang Menyenangkan
Istilah pembelajaran
mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar
berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh orangtua dan aktivitas belajar
berkaitan dengan anak. Hal ini seperti yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa
pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara orangtua sebagai
pemberi informasi dan anak sebagai penerima informasi. Sementara Achjar Chalil
mendefiniskan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut
Arief.S Sadiman pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan
ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu (Arief S. Sadiman, dkk.,
1990, hlm. 11).
Dari
ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat tiga
unsur penting yaitu :
1.
Proses yang direncanakan pengajar,
2.
Sumber belajar,
3. Anak yang belajar.
Urgensi
Pembelajaran yang Menyenangkan
Dalam
keseluruhan proses pengajaran, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling
utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran banyak
bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Pembelajaran efektif
adalah apabila terciptanya suasana yang menimbulkan konsentrasi belajar anak.
Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi meningkatkan hasil belajar.
Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran menungkapkan fakta yang
mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari sungguh-sungguh (dimana perhatian
yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur system syaraf kimiawi
seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti
jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi
baru.(Dra. Indrawati, M.Pd dan Drs. Wawan Setiawan, 2009, hlm. 22).
Usia
Efektif Belajar
Kapan
waktu yang paling tepat bagi seorang anak untuk belajar secara optimal? Teori
perkembangan kognitif Piaget memberi penekanan pada faktor kematangan atau
kesiapan dalam belajar, artinya ada masanya bagi seorang anak untuk belajar
sesuatu. Sebab itu adalah sia-sia jika kita mengajarkan sesuatu kepada anak
sebelum waktunya. Misalnya, anak yang belum memasuki tahap perkembangan
kognitif praoperasional (2-7 tahun) umumnya masih akan mengalami kesulitan
dalam belajar bahasa karena belum mampu menggunakan simbol-simbol. Oleh karena
itu, penganut teori Piaget berpendapat bahwa adalah sia-sia mengajar bahasa (di
luar bahasa ibu) kepada anak usia di bawah lima tahun.
Namun
belakangan ini berkembang teori belajar yang bisa kita baca dalam buku
Accelerated Learning for the 21st Century oleh Colin Rose dan Malcolm J.
Nitcholl, yang mengatakan bahwa sejak lahir sampai dengan usia 10 tahun adalah
masa-masa yang sangat penting dan peka bagi anak untuk belajar. Disebutkan
bahwa 50% kemampuan belajar anak dikembangkan pada masa empat tahun pertama,
30% dikembangkan menjelang ulang tahunnya yang ke-8, dan tahun-tahun yang amat
penting tersebut merupakan landasan atau penentu bagi semua proses belajarnya
di masa depan.
Berdasarkan
teori tersebut, anak perlu diberi banyak rangsangan pada masa empat tahun
pertama agar ia belajar dan menyerap banyak hal. Tahun-tahun pertama inilah
yang justru merupakan saat tepat dan ideal bagi anak untuk belajar lebih dari
satu bahasa. Dikatakan juga bahwa semua anak sebenarnya jenius di bidang
bahasa.
Menciptakan
Pembelajaran yang Menyenangkan
Dalam
rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus
dilakukan oleh pengajar antara lain :
1. Mencintai Anak
Prof. Diamond, seorang ahli saraf,
mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pengajaran
anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukung perkembangan
seutuhnya.
Modal awal untuk menjadi orangtua adalah cinta yang dilengkapi dengan kesadaran dan pengetahuan. (Charlotte Mason, A Thinking Love).
Modal awal untuk menjadi orangtua adalah cinta yang dilengkapi dengan kesadaran dan pengetahuan. (Charlotte Mason, A Thinking Love).
"Dengan
kebahagiaan, niat yang luhur akan datang, dan pembelajaran yang menyenangkan
akan terlaksana. Jika sudah demikian, anak-anak akan belajar dengan suka cita.
Tak ada bentakan, tak ada makian, apalagi cacian. Dengan cinta, pengajaran akan
teriaplikasi lebih nyata dan semoga bermanfaat dalam kehidupan,"
2. Menyapa Anak Dengan Ramah Dan
Bersemangat
Menciptakan awal yang
berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika
awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup
dan menggairahkan.
Oleh karena itu selalu
awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada anak. Karena
sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energy positif yang dapat
mempegaruhi semangat para anak.
3. Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang
Kelas
Ubahlah segala sesuatu yang ada di
sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Marzollo dan Lloyd berkata demikian;
"Semuanya tersedia di sekitar Anda."
4. Menciptakan Lingkungan Tanpa Stres / Suasana Rileks
Anak tidak bisa belajar efektif
dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang
mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan
suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi
anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau
menuntut anak melebihi kemampuannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tuntutan
dari orangtua dengan budaya yang berbeda. Orangtua dari budaya Jepang dan Cina
menetapkan standar yang lebih tinggi terhadap prestasi anak, mengevaluasi
dengan ketat hasil yang diperoleh, dan mendorong anak untuk bekerja lebih
keras. Sedangkan orangtua Amerika lebih menekankan kemampuan dasar (IQ) anak
daripada kerja keras dalam mencapai prestasi akademik. Sebenarnya perlu bagi orangtua
untuk merefleksi diri dan menjawab dengan jujur pertanyaan; "Apakah yang
saya lakukan ini adalah untuk kepentingan anak saya atau untuk kepentingan diri
saya sendiri?"
5. Memotivasi Anak dan Memberi Dorongan positif
Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini rata-rata
menerima enam komentar negatif untuk satu dorongan positif yang diterimanya. Padahal
dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun rasa
percaya diri anak dan memacu semangat agar anak berprestasi dengan lebih baik
lagi.
Adanya dorongan dalam
diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung,
tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model
pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik
yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah
motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias. Sehingga
tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam
proses pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding
mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan. Kebanyakan
pengajar mengajar hanya untuk mengejar target tanpa memperdulikan pemahaman
peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang
memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan.
6. Menggunakan Kelima Indra Anak
sebagai Jalur Belajar
Bagian
neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi
berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Jika ingin memiliki memori yang kuat,
kita harus menyimpan informasi dengan menggunakan semua indera kita - melihat,
mendengar, berbicara, menyentuh, dan membaui.
Menurut Vernon A. Magnesen dalam
Quantum Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang
kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan.
7. Menggunakan Ice Breaking
Suasana yang dimaksud
adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang
nyaman. Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali derajat perhatian peserta
pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh pengajar karena berdasarkan
hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu
fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang
sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (fokus).
Seorang pengajar harus
peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa anak sudah tidak dapat
konsentrasi lagi . Ice breaking bisa berupa yel-yel, tepuk tangan, menyanyi,
gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
8. Memanfaatkan Sarana Bermain untuk
Belajar
Dunia anak adalah dunia bermain.
Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari
segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah
kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor emosi sangat penting
dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Ketika suatu pelajaran melibatkan
emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat
pula dalam ingatan. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas pengajar dan orangtua
untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak
untuk belajar, misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain.
9. Menggunakan Metode Yang Variatif
Individu adalah makhluk
yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan, dan gaya belajar yang berbeda-beda.
Paling tidak ada 4 gaya belajar anak seperti yang diungkapkan Howard Gardner
yaitu Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic. Pengajar perlu menyadari bahwa
anak dalam satu kelas memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
untuk mengakomodir semua anak belajar dengan latar belakang yang berbeda
tersebut pengajar dapat menggunakan metode yang bervariasi.
Tips
Belajar Efektif untuk memudahkan Anak memahami suatu pelajaran, yaitu :
A. Mengerti
bukan Menghapal
Kalau anda menghapal sesuatu belum tentu
anda mengerti. Saat Anda mengerti topik yang dipelajari, secara otomatis anda
akan paham. Pemahaman ini yang akan membantu anda menganalisa jawaban. Jadi,
biar soalnya diputar-putar, Anda pasti bisa jawab. Kuncinya, baca berulang-ulang,
tanpa anda sadari hapalan itu bakal melekat di ingatan dengan sendirinya.
B. Lebih
banyak membaca
Membaca bisa
memperluas ilmu pengetahuan kita. Untuk mengetehaui lebih banyak materi pelajaran
maka sebaiknya perbanyak membaca, sehingga lebih banyak buku yang kita baca maka
semakin luas ilmu yang kita dapatkan.
C. Catatlah
/ Rangkumlah inti materi
pelajaran sehingga menjadi
sebuah ringkasan
Dengan mencatat inti materi
pelajaran maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengingat dan menghapal materi
yang penting dan juga memudahkan kita dalam menemukan jawaban. Pasti ada materi pokok. Incarlah ini dan ringkaslah sehingga memudahkan dalam memahami setiap
detail pelajaran, sehingga mampu memagang kuat apa yang sebenarnya
harus dikuasai.
D. Pilihlah
waktu yang tepat
Belajar yang efektif
harus memerlukan waktu yang tepat. Jika kita belajar pada saat yang kurang tepat
maka materi yang sedang kita pelajari tidak akan maksimal tersimpan di otak
kita, misalnya ketika mata sudah sangat mengantuk, maka tidak akan bisa membuat
kita konsentrasi dalam belajar, oleh karena itu pikiran dan juga badan harus
dalam keadaan fresh agar materi lebih mudah dimengerti dan dipahami.
E. Ciptakan
suasana yang nyaman
Buatlah ruang khusus
belajar, meskipun ruangan tersebut tergabung dalam kamar anak, karena suasana
yang nyaman bisa membuat pikiran menjadi tenang sehingga materi pelajaran yang
akan kita pelajari akan lebih cepat diterima otak.
F. Aktif dan Kreatif dalam mengikuti pelajaran
Jangan
membiarkan Anak menunggu pendidik mengajukan sebuah pertanyaan. Mulai sekarang,
mulailah bertindak aktif ketika sedang dalam proses cara belajar efektif mengajar. Jangan pasif. Dengan begitu, hal-hal yang sekiranya benar-benar belum
anda pahami mempunyai peluang lebih besar untuk langsung dijelaskan solusinya
oleh anda.
G. Belajar berkelompok
Dengan menerapkan belajar bersama
atau kelompok, nantinya akan bisa saling sharing dengan teman-teman yang lain
mengenai pokok-pokok materi pelajaran yang mungkin sulit dipecahkan atau
dipahami.
H. Belajar dengan Praktik
Jika belajar hanya dengan membaca
(teori) saja, bisa menyebabkan jenuh, dengan melakukan praktik bisa membuat
sebuah acara belajar jadi mengasyikan, sekalian membuktikan kebenaran teori
tersebut.
I.
Belajar
dengan Rutin
Dengan belajar dengan rutin, kita
bisa mengingat pelajaran yang dahulu pernah diajarkan oleh pengajar maupun
belum pernah diajarkan. Belajar jangan terlalu lama, namun sering anda belajar,
seperti pagi 45 menit, siang 15 menit, sore 30menit, malam 1 jam.
J.
Jadilah
seorang Detektif
Maksudnya
adalah, di dalam belajar, anggaplah pelajaran itu sebagai teka-teki yang harus dipecahkan,
atau kasus yang sangat sulit untuk diselesaikan.
K. Mengembangkan materi pelajaran yang ada
Carilah
segala hal / pertanyaan yang belum ada dalam soal-soal latihan, dan nantinya bisa
ditanyakan langsung. Kembangkanlah materi sebanyak mungkin agar bisa lebih mendalami
materi pelajaran.
L. Disiplin dalam segala hal termasuk
belajar
Tanpa adanya sebuah kedisiplinan, sepertinya mustahil untuk mencapai
hasil yang maksimal. Aturlah belajar dan jalankanlah apa yang sudah direncanakan
dengan disiplin tinggi.
M.
Memperkaya
Referensi pendukung
Untuk mendapatkan
referensi pendukung, pada jaman sekarang tidaklah sulit. Ada perpusatakaan sudah tersedia dengan sangat lengkap. Kalau memang anda belum bisa menemukan referensi yang anda inginkan, anda masih bisa menjelajah internet
dengan sangat leluasa.
Bukan
manusia sempurna, bukan berarti tidak bisa menjadi orangtua yang baik. Merasa
diri tidak sempurna, jauh lebih baik karena tidak merasa puas diri. Karena
kesombongan adalah awal kejatuhan. Tapi jangan pula merasa rendah diri,
depresi, dan terintimidasi.
Khawatir
tak cukup cerdas untuk mengajari, tapi keinginan untuk memberi yang terbaik
bagi anak akan mendorong kita belajar apa saja demi kepentingannya.
Profesi
orangtua dikatakan hebat jika bisa mempraktekkan secara langsung, dengan
mencintai. Anak bisa mengajari mencintai dengan segenap jiwa, kekuatan, dan
pikiran, bahkan lebih dari kita mengasihi diri sendiri.
Tidak
ada sekolah kepribadian di dunia ini yang menawarkan pelajaran-pelajaran
pendewasaan diri sebanding dengan anak-anak.
Anak-anak
itu bisa mengeluarkan semua potensi terbaik dalam diri kita yang sebelumnya
kita tidak sadari tersimpan di sana.
Anak
tidak butuh Ayah – Bunda sempurna, tapi yang mencintai mereka tanpa syarat dan
mau terus belajar bersama mereka. Dengan bekal cinta yang berpikir dan
bertambahnya jam terbang mendampingi anak, semakin mahir menyelaraskan antara
teori dan praktek.
Mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik
diri sendiri, “Raising Children, Raising Ourselves”.
Arief
S. Sadiman, dkk., 1990, Media Pengajaran : Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, CV. Rajawali, Jakarta
Asri
Budiningsih, C., 2005, Belajar dan Pembelajaran, Bumik Aksara, Jakarta.
hhtp//www.hendryrisjawan.com
Indrawati,
M.Pd dan Wawan Setiawan, 2009, Modul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Diterbitkan oleh PPPPTKIPA.
Ismail
SM, M.Ag, 2008, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem,
Semarang : Rasail Media Group.
Rusman, M.Pd, 2011, Model-Model
Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers.
id.wikipedia.org
Charlotte Mason, A Thinking Love
Charlotte Mason, A Thinking Love
No comments:
Post a Comment