Masa Bereksplorasi
Anak di usia batita paling senang bereksplorasi terhadap
benda-benda dan lingkungan sekitar. Tak heran anak batita suka melakukan
berbagai hal baru untuk mendapatkan pengalaman baru. Direntang usia 1-3 tahun
memang lagi lucu-lucunya, menggemaskan, bicaranya yang masih kurang jelas/cadel
kadang membuat kita tertawa mendengarnya. Rasa ingin tahunya sangat besar, tak
jarang rasa keingintahuaannya bisa mengundang bahaya. Misalkan hanya ingin
memegang lampu hias di rak TV dia memaksakan naik memanjatnya tanpa ada rasa
takut akan jatuh. Sering juga melanggar aturan dan kesopanan, mencoret-coret
dinding dan meminum minuman tamu yang berkunjung
ke rumah. Tak heran kalau si kecil banyak menerima banyak larangan, seperti "aduh nak, jangan naik-naik nanti jatuh" ; "Hei ini bukan di hutan sayang, jangan teriak-teriak ah" ; "jangan minum punya tante, ini kan punya ade ada" ; "kalau lewat depan orang itu bilang permisi, jangan asal lewat..gak sopan itu".
ke rumah. Tak heran kalau si kecil banyak menerima banyak larangan, seperti "aduh nak, jangan naik-naik nanti jatuh" ; "Hei ini bukan di hutan sayang, jangan teriak-teriak ah" ; "jangan minum punya tante, ini kan punya ade ada" ; "kalau lewat depan orang itu bilang permisi, jangan asal lewat..gak sopan itu".
Diusia ini anak lebih lebih mengandalkan kemampuan indra. Dengan
indra perabanya anak lebih suka memegang ini dan itu dilanjutkan dengan indra
penciumannya dimana anak sering terlihat sekali menciumi benda walaupun benda
tersebut tidak mengeluarkan bau sekalipun. Begitu juga dengan kebiasaan
memasukkan apa saja kedalam mulutnya tanpa mempedulikan benda tersebut
berbahaya atau tidak, rasanya enak atau tidak, milik dia atau orang lain yang
penting dia tertarik dan penasaran seperti apa sih rasanya.
Larangan Positif
Sebenarnya dengan melakukan eksplorasi tersebut anak justru bisa
memahami dan belajar aturan. Contohnya jika anak mencium boneka yang kotor,
orang tua spontan akan memberikan respon melarang. Ada yang berupa teguran
positif, seperti "Bonekanya kotor dan bau sayang, harus dicuci dulu biar
bersih". Ada juga teguran negatif "ih kamu jangan cium-cium begitu,
jorok..jijik tau!". Dari sini anak mengetahui mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh. Dengan begitu tanggung jawab orangtualah yang harus menuntun
anak batita bereksplorasi dengan benar. Mencontohkannya langsung didepan anak
tentu akan lebih efektif. Hindari larangan negatif karena sesuatu yang negatif
akan berdampak negatif pula. melarang anak dengan cara positif akan mengajarkan
anak mengenai kehidupan yang lebih baik. Melarang itu boleh tetapi dilakukan
dengan cara yang baik dan benar.
Biarkan Anak Bereksplorasi
Usia 1-3 tahun sepatutnya orangtua mengenalkan aneka
keterampilan sosial termasuk diantaranya pengetahuan boleh - tidak boleh, benar
- salah dan sopan santun tanpa harus membatasi eksplorasi anak. Contohnya jika
anak sedang bermain gunting, orangtua jangan langsung melarang "tidak
boleh". Cara seperti ini tidak akan efektif karena anak akan terus bermain
gunting. Jika kita menemukan anak sedang bermain dengan benda atau hal yang
berbahaya, sebaiknya kita menjelaskan kepada si anak batita dimana letak
bahayanya sambil mengamankan benda yang dipegangnya. Apabila anak sudah bisa
diajak berkomunikasi dan keterampilan jari jemarinya sudah kokoh dan mantap
kita bisa membimbingnya menunjukkan cara penggunaannya yang aman. Sehingga kita
tidak menghambat keingintahuannya dan sambil mengajarkan menggunakan benda
tajam tersebut dengan benar dan aman.
Anak tidak akan langsung menurut meskipun sudah diberi contoh
karena dibutuhkan proses pembiasaan dan berkelanjutan. Orangtua jangan
menyerah, teruslah memberikan contoh yang baik dan terapkan larangan dengan
cara yang tepat dan positif hingga terbentuk perilaku dengan benar pada
anak.
Contoh meluruskan perilaku tanpa kesan melarang
·
Anak meminta sesuatu dengan merengek atau menangis : "kalau
kamu menangis, Bunda tidak mengerti. Coba tenang dulu, bilang apa mau
Ade."
·
Anak tidak merapikan mainan; "Kalau kamu tidak
membereskannya sendiri nanti kamu bingung mencari-carinya lagi. yuk beresin
bareng-bareng."
·
Bicara tidak sopan pada tamu ; " Anak baik sama tamu harus
baik juga dong. Bilang silahkan duduk Tante."
·
Bicara kasar; "Sayang monyet itu kan binatang. badannya
berbulu. Dia tidak sama seperti kita. Temanmu pasti tidak mau dibilang monyet
karena temanmu manusia seperti kamu. yuk minta maaf sama temanmu itu."
·
Memasukkan sesuatu kedalam mulut; " Ade lapar ya? Tapi
plastik ini bukan untuk dimakan. Ade mau makan apa, yuk bikin
bareng-bareng."
·
Memanjat pagar,teralis, dan lainnya; " Hebat anak Ayah bisa
memanjat, tapi kalau memanjat harus ditemenin Bunda atau Ayah ya."
·
Anak teriak-teriak; " Sayang,,kita lagi ada diruangan bukan
lagi dipantai. Jadi bicaranya gak usah teriak-teriak, Bunda sudah mendengar
kok. Nah, gitu lebih enak."
·
Bicara sambil makan dan minum; "Apa De? Bunda gak bisa
mengerti apa yang ade omongin, telan dulu makanannya baru bicara ya.."
·
Mencoret-coret tembok; "Wah ..bagus sekali gambarnya. tapi
ko dinding rumah kita jadi aneh seperti ini ya..Coba kalau gambarnya di kertas,
lau dibingkai dan digantung diruang tamu. pasti lebih bagus deh."
·
Anak meminum minuman tamu; "mau teh manis ya Nak,,Yuk sini
Bunda buatin. Yang ini punya Om sama Tante."
·
Anak mengacak/memainkan makanan; "Ade ini kan makanan.
kalau mau main lempar , pake bola ini aja."
No comments:
Post a Comment